Senin, 03 Oktober 2011

Haruskah Aku Menyerah Sekarang Setelah Bertahun Tahun Mencintai Mu? Relakah Aku?

Aku menatap mu malam itu, senang namun entah mengapa aku merasakan ada sesuatu yang kurang. Ada keganjilan yang begitu janggal. Aku mencari sesuatu yang hilang dalam kegelapan, bukan dalam kegelapan malam, tetapi pada kegelapan hati yang begitu sunyi. Aku bertanya kepada diri ku sendiri Di mana getaran cinta itu? Di mana degup jantung yang selalu aku rasakan saat bersamanya? Di mana hawa dingin yang selalu menusuk setiap ruas rusuk ku saat tubuh ku berada dekat dengannya? Mengapa nafas ku begitu teratur saat ini? Aku terus memikirkan pertanyaan itu hingga aku tidak mengenal diri ku sendiri. Di mana semua rasa cinta yang selalu aku rasakan? Aku bingung, bahkan takut saat menyadari bahwa selama ini sedikit demi sedikit rasa cinta ku telah menguap. Terbawa oleh angin yang menyapu cinta untuk pergi menjauh dari hati ku. Angin yang terlalu lembut, yang menyelinap dalam diam. Yang pada akhirnya, angin itu membawa ribuan duri beracun yang menyengat setiap rongga jantung dan hati. Menyalurkan racun ke seluruh pembuluh darah, membuatnya menciut, rapuh, dan mati. Menyakitkan.
Di malam lain, aku hampir menangis saat aku benar benar yakin bahwa cinta ku telah hilang. Hati ku mengerang, menjerit penuh siksa karena kekosongan. Di mana cinta ku?! Aku menginginkannya kembali! Hening. Cinta ku tak pernah kembali.
Secepat kilat hati ku menciut ditelan kegelapan abadi. Aku terlalu takut untuk menerima bahwa cinta ku telah hilang. Kenyataannya, Tuhan telah mengabulkan doa ku yang terakhir. Dia tidak menjodohkan ku dengannya. Oleh karena itu, Tuhan renggut cinta ku, Tuhan hisap rasa cemburu dan air mata untuk cinta ku. Nyatanya, Tuhan bahkan tidak mengizinkan ku mengeluarkan air mata saat semua rasa sakit meneror ku, Tuhan tidak memberikan ku rasa cemburu saat aku melihat foto wanita mu. Namun, mengapa Tuhan tidak mengambil rasa ketidakrelaan ku saat aku menyadari bahwa cinta ku hilang?
Aku bertanya tanya mengapa Tuhan begitu setengah setengah dalam merenggut perasaan ini. Ia ambil semua rasa cinta, sayang, dan cemburu, namun Ia tetap menyisakan satu : Ketidakrelaan.
Hingga saat ini, aku tetap tidak rela bila semua rasa cinta yang sudah aku rasakan selama Bertahun Tahun habis direnggut begitu saja.
Aku bingung bila harus merasakan kekosongan ini. Bingung dalam kehampaan, meraba raba pekatnya kegelapan, berharap benang benang merah cinta ku yang hilang ditemukan. Tetapi, usaha ku selalu saja nihil. Tidak pernah aku merasakan lagi benang benang cinta yang merajut hati dan jantung ku begitu hangat.
Namun, aku tetap bertanya pada Tuhan Mengapa aku tetap merasakan kerinduan akan perasaan itu? Mengapa aku sangat takut kehilangannya? Mengapa ketidakrelaan terus berputar dalam setiap denyut nadi ku? 
Aku menghela nafas, sebentar merasakan sejuknya udara. Udara segar, tanpa adanya beban yang terselip dalam udara. Yang terkadang membuat tenggorokan ku sakit saat menghirupnya. Aku mengisi otak ku dengan kejernihan udara yang membawakan sedikit cahaya surga. Yang lalu otak ku salurkan kedalam celah celah hati ku yang menghitam diselimuti suramnya debu kepedihan. Sedikit demi sedikit, semua raga yang sempat mati kini mulai berfungsi. Berjalan dengan ditopang oleh cahaya surga. Rasa ikhlas, ceria, dan kelegaan ku melebur menjadi senyuman. Lalu aku berkata kepada Tuhan.

Tuhan, maafkan aku yang telah meragukan keputusan Mu.
Maafkan aku yang telah menganggap mu setengah setengah dalam merenggut cinta ku.
Aku tahu, ini lah pilihan terbaik Mu.
Inilah kisah cinta yang akan Kau tuliskan untuk ku.
Kisah cinta yang hingga saat ini aku percaya akan berakhir bahagia dengan sesosok malaikat yang akan selalu menyinari hari hari ku penuh cinta.
Jujur Tuhan, kebimbangan ku terus berlanjut hingga kini.
Ketidakrelaan ku pun masih sedikit terpatri di benak ku.
Namun, aku selalu percaya pada Mu, bahwa suatu hari nanti semuanya akan hilang bersama rasa cinta, sayang dan cemburu.
Atau.... Semua itu akan kembali? Kau merenggutnya saat ini, tetapi suatu hari nanti mungkin kah Kau akan mengembalikan cinta ku kembali ke tempatnya?
Ah kisah cinta ku adalah rahasia Mu, Tuhan.
Aku tahu aku tidak akan mengetahui jalan kisah ku hingga waktunya tiba.
Ini mungkin akan menjadi perjalanan yang rumit, namun aku yakin aku akan tetap menikmatinya.
Karena Kau tahu, Tuhan? Perasaan yang Kau ciptakan ini adalah candu dengan rasa nikmat terluar biasa yang pernah ada.

Tuhan, terima kasih selalu tercurah untuk Mu atas segala kisah yang telah Kau tulis untuk ku.
Karena dengan kisah Mu, aku dapat belajar untuk kehidupan dan kuat berdiri untuk menyongsong matahari keemasan ku. Tuhan, bagi ku setiap kisah yang Kau tulis untuk ku adalah cara Mu untuk menunjukkan rasa cinta Mu kepada ku. Terima kasih wahai Tuhan ku Sang Pecipta Kisah Cinta.

0 komentar:

Posting Komentar