Selasa, 04 Oktober 2011

Hangatnya Angin Di Pagi Hari

Di saat kesepian meredam, hanya senyum tulus mu di pagi hari lah yang dapat mengusirnya.

        Masih saja aku tersenyum saat mengingat mu, bukan senyum layaknya orang kasmaran, namun senyum yang redup penuh kerinduan. Aku rindu saat menjamah lingkar dada mu, saat menghirup aroma tubuh mu, saat menggenggam tangan mu. Kerinduan mendalam yang tak mungkin lagi aku rasakan.

                                                                          ###

        Aku ingat saat pertama kali tatapan kita bertemu. Senyuman lembutnya melebur dengan hangat matanya, menjadikannya lukisan Tuhan yang begitu mempesona. Aliran darah ku berpacu cepat, berlomba dengan degup jantung ku, layaknya perlombaan tidak ada yang mau mengalah.
        Hari demi hari, rasa terpesona ku berubah menjadi cinta yang sederhana. Sederhana namun penuh hasrat. Ketulusannya mengajarkan ku kehangatan angin yang selalu membawa pesan bahagia, rindu serta kesedihan, membuat ku tak pernah berniat melepas jaring jaring cinta ku kepadanya.
Dia yang mengajarkan ku hidup dalam kegelapan, ceria dalam teror kepedihan, menghargai tulusnya perasaan dan berdiri dalam ganasnya dunia.
        Tak pernah sedetik pun aku melepas pandangan darinya, seakan setiap inci geraknya harus selalu aku ketahui. Sering aku membayangkan degup jantungnya terpatri hanya untuk ku, setiap helaan nafasnya tercipta hanya unutk jiwa ku. Aku ingin menjadi bagian dari setiap aliran darahnya, dari setiap bagian hidupnya.
        Semakin lama sosok itu menjadi begitu penting dalam hidup ku. Cinta yang sederhana sudah tak sesederhana dulu, namun cinta yang kurasakan kini telah berubah menjadi cinta yang begitu mengagumkan. Cinta yang membawa keajaiban di setiap hasratnya. Setiap helaan nafas, tak pernah cinta ku luput dari absensi otak ku. Selalu saja ia rajin menghampiri pikiran ku tanpa pernah terlambat. Kadang aku berpikir, kekuatan apa yang membuat ia begitu tepat waktu saat memenuhi otak ku?

                                                                           ###

          Ah! Lagi lagi hembusan angin pada pagi hari mengingatkan ku pada mu. Selalu saja begitu, angin masih menjadi musuh dalam selimut. Terkadang lembutnya angin justru menjadi ranjau untuk ku. Membawa kenangan kenangan indah yang justru memberikan rasa pahit di akhir. Sudah 3 tahun lamanya kau meninggalkan ku dalam diam, tanpa pamit, tanpa senyum selamat tinggal dan tanpa ungkapan perpisahan.
          Salahkah aku yang terkadang mengharapkan mu kembali? Merindukan cara mu mengajari ku
berdamai dengan ganasnya angin, menghargai setiap helai lembut dari kenangan yang dibawanya, menghargai setiap hembusan pesan kerinduan yang dikirimkannya. Bahkan, di saat kesepian meredam, hanya senyum tulus mu di pagi hari lah yang dapat mengusirnya.
          Angin pagi ini, angin yang sama setiap kali kau datang menghampiri ku. Angin yang membawa mu datang hanya untuk memberikan semangat untuk ku di pagi hari. Namun mengapa hingga detik ini sosok mu belum juga terlihat? Kadang dengan bodohnya aku mencari mu, tetapi mana mungkin aku menemukan mu. Angin ini persis dengan angin pada setiap pagi saat kita bersama, aku tidak berani membayangkan sosok mu yang terbaring lemah di sana, tak lagi dapat merasakan hembusan angin lembut ini. Tetapi kadang aku bertanya, pernahkah sekali saja kau mencoba merasakan angin kita di pagi hari setelah kepergian mu yang tanpa pamit itu?
          Akibat kerinduan ini, sudah 2 bulan lebih aku tidak mengunjungi mu. Mungkin kau marah karena aku luput dari absensi mu, padahal kau dulu tak pernah luput dari absensi otak ku. Aku tak bermaksud terlambat untuk mengisi absensi mu, Sayang. Aku hanya ingin meredakan teror kesunyian dalam hati ku, menggantikannya dengan hujaman rasa rindu yang lebih baik.
          Baiklah! Hari ini aku akan pergi mengisi absensi mu dan mengganti absensi-absensi yang kosong karena keterlambatan ku. Membersihkan debu debu pembawa kesuraman yang menghampiri nisan mu, membersihkan rumput-rumput liar yang nakal mengganggu tanah kubur bersih mu. Akan ku hiasi tempat peristirahatan mu dengan bunga bunga wangi yang cantik, menyiramnya dengan air penuh doa yang membawa kesegaran abadi. Oh, Sayang ku. Tunggulah aku datang membawakan doa penuh cinta, agar kau dapat tenang di sisi Sang Maha Kuasa.

0 komentar:

Posting Komentar